Hmmm,,,sekarang mau cerita apa ya’?? hehehe..
Sekarang ini saya lagi sibuk-sibuknya SP atawa bahasa kerennya Semester Pendek. Yup, saya mengambil 6 sks untuk mata kuliah semester atas di SP ini, lumayanlah buat mempercepat kelulusan di Fasilkom nantinya (ato arti lainnya nyodok mata kuliah..). Heheehe... Yah, omong-omong sekarang ini juga lagi tegang-tegangnya nungguin nilai-nilai mata kuliah semester genap kemaren. Sampai saat tulisan ini di publish-pun baru satu dari 7 mata kuliah saya yang udah nongol nilai akhirnya. Hasilnya, cukup memuaskan walaupun masih sedikit kurang dari apa yang gw harapkan sebelumnya (Yah memang sudah sifat buruk manusia,tidak pernah merasa puas) hehehe... Tapi saya akui masih tersisa kekhawatiran yang amat sangat terhadap nilai-nilai lainnya.
Hmmm, btw selamat buat ade-ade kelas kuw yang kemaren dah pada lulus UAN. Biar kata UAN udah saya lewatin taun kemaren dengan suksesnya, di taun ini saya juga ikut merasakan tegangnya UAN lowh. Yah dua orang sepupu saya juga terlibat dalam UAN taun ini soalnya. Terlebih lagi ade saya juga masih menunggu pengumuman UAN SMP minggu depan. Jadi ya’ ketegangan UAN pun berdampak besar di lingkungan keluarga. Alhamdulillah kedua sepupu saya itu lulus semua, jadi rasa khawatir-pun sedikit berkurang.
Kenapa sih daritadi ngomonginnya rasa khawatir terus?? Hehehe.. maap2
Jadi gini, terinspirasi dari curhatan orang-orang sekitar yang mengeluhkan tentang berbagai hal. Ada yang mengkhawatirkan takut ga’ dapet Universitas yang diinginkan, ada yang khawatir karena nilai-nilai kuliah yang menurutnya kurang memuaskan, bahkan ada yang khawatir barang yang diinginkannya keburu dibeli orang karena tabungannya belum cukup. Sebelumnya maap ya kalo ada yang merasa curhatannya di share di sini, Insya Allah bisa diambil hikmahnya oleh semua yang baca tulisan ini.
Mungkin rasa khawatir itu sudah sangat dekat di keseharian kita, bahkan mungkin sewaktu-waktu kita juga membutuhkan rasa khawatir untuk membuat kita lebih siap menerima kenyataan pahit yang mungkin tidak kita harapkan. Contohnya ya’ bisa dibayangkan jika ada seseorang yang sudah sangat yakin (over-confident) terhadap suatu hal, tetapi ternyata kenyataan berkata lain. Mungkin hasilnya akan terasa lebih sakit bila dibanding dengan jika seandainya dia memiliki sedikit kekhawatiran. Tapi, sangat tidak bijak juga jika kita menjadikan kekhawatiran tersebut sebagai hambatan untuk tetap melangkah maju. Yaaa, semacam kekhawatiran yang berlebihan. Satu pertanyaan yang bisa kita tanyakan kepada diri kita sendiri, bagaimana sikap kita setelah rasa khawatir itu hilang sesuai dengan harapan kita?? Entah apa pun itu jawabannya, tapi mungkin akan ada kekhawatiran-kekhawatiran yang baru yang akan menggantikan yang lama. Pertanyaan inti-nya adalah apakah rasa syukur kita setelah suatu kekhawatiran terlewati dengan baik, sebanding dengan rasa kekhawatiran yang baru kita dapatkan?? Jawab saja dalam hati sebagai refleksi, tidak saya tagih ko’ jawabannya. Hehehe,,,
Terlalu panjang juga kalo menjabarkan “Khawatir” di blog ini. Intinya saya mencoba untuk mengingatkan teman-teman tentang beberapa baris kalimat ini “ Jangan khawatir dengan apa yang belum kamu dapatkan, tetapi khawatirkan apa yang sudah kamu dapatkan namun belum sempat kamu syukuri”.
2 comments:
Jangan khawatir dengan apa yang belum kamu dapatkan, tetapi khawatirkan apa yang sudah kamu dapatkan namun belum sempat kamu syukuri”.
keren..keren...
oia.. gw udah tau berli yg mana.. adi dikasi tau sidik.. hehe..
Ooo, Sudah tau ya'?
Saya juga sudah tau sebelumnya Hening itu yang mana.. hehe..
:Salam:
Post a Comment