Beberapa hari yang lalu, tepatnya hari Senin tanggal 5 Agustus 2007, adalah hari yang cukup menegangkan bagi saya. Yah bagaimana tidak wong hari itu adalah hari berlangsungnya UAS SP Kalkulus II. Namun masalah bukan terletak pada UASnya tapi kejadian mengerikan dibalik itu. Yup!? UAS berlangsung jam 9 pagi dan itu cukup normal untuk datang ke kampus tepat waktu. Terlebih lagi saya bangun seperti biasa (ga’ kesiangan maksudnya) dan tidak merasakan sesuatu yang janggal pada hari itu. (hehe..)
Perjalanan ke kampus pun dimulai tepat pukul 06.53 versi jam di Handphone saya, dan itu merupakan waktu yang masih cukup pagi untuk menempuh jarak Bekasi – Depok yang hanya 30 Km itu. Sekedar info tambahan, dengan keadaan yang normal dan lancar Bekasi – Depok biasa saya tempuh dengan kurun waktu 45 Menit dengan menaiki Silver Light (nama Honda Jazz orang tua yang saya pinjam..hehe..). Sebelum berangkat pun saya sudah memperkirakan bahwa worst case-nya saya akan sampai di kampus pukul 08.00 atau lebih-lebih dikitlah. Rute pilihan yang saya ambil adalah Kemang-Narogong-Jatiasih-Lenteng Agung-Depok. Lima menit pertama perjalanan masih terasa lancar, sampai akhirnya tiba-tiba arus lalu lintas menjadi sedikit padat merayap. Untungnya itu sudah saya perhitungkan sebelumnya karena alasan utama saya berangkat jam 7 pagi adalah untuk menoleransi kemacetan seperti ini. Dan saya pun masih merasa santai mengingat waktu yang masih 2 jam sebelum UAS dimulai. Yaaah....walaupun itu cuma berjalan sementar. Benar!! Hanya SEMENTARA. Setelah merasa mobil didepan tak kunjung beranjak dari tempatnya semula, saya mulai sedikit jenuh menunggu, iseng ngeliat jam rupanya sudah jam 07.28, iseng juga ngeliat meteran di dashboard mobil rupanya baru 3 Km dari rumah, dan akhirnya saya tersadar bahwa sudah 30 menit dan baru menempuh 1/10 dari jarak total perjalanan.
Menit berganti menit dan keadaan perjalanan pun belum membaik, sudah jam 8 lewat 10 menitan tapi kondisi perjalanan masih padat merayap, bahkan jarak tiap kendaraan sudah sangat merapat. Panik...Panik...ya saat itu rasanya sangat panik, resah, kesal, dan rasanya mau marah. Mau mukul kaca mobil, ntar malah kacanya pecah dan tangan saya yang patah. Mau teriak-teriak terus jejeritan histeris, ntar malah keberisikan sendiri karena ga’ ada orang lain di dalem Silver Light. Yasudah, mendingan dzikir sambil baca Qur’an kan. (hehe..bo’onk dink). Waktu sudah berjalan sampai jam 9, dan saya masih belum keluar dari wilayah Bekasi. Terus berjalan dan akhirnya berhasil masuk pintu tol (ini baru masuk tol lowh, belum keluar) tepat jam 9.12, yah! Saya sudah terlambat 12 menit dan masih berada di wilayah Bekasi. Lima Belas menit kurang sedikit berikutnya sudah terlihat gerbang harapan, yaitu gerbang tol Lenteng Agung 2 tempat saya keluar. Hmmm...entah mengapa saya merasa senang melihat gerbang harapan tersebut, seolah-olah perjalanan Bekasi-Depok akan segera berakhir. (padahal baru 2/3 perjalanan) hehehe.... tuh ada fotonya Gerbang Harapan yang dimaksud..
Perjalanan pun berakhir pada pukul 9.45, Subhanallah angkanya cantik sekali dan artinya pun begitu dalam (artinya saya sudah telat 45 menit dari waktu UAS yang dimulai pukul 9). Hmmm...Endingnya!! sambil tetap berusaha untuk tersenyum, saya mengerjakan soal-soal UAS dengan waktu yang tersisa. Trus hasilnya?? Entahlah.....hehehehe... Yang bisa saya lakukan setelahnya adalah mengambil hikmah bahwa tidak bangun kesiangan tidak menjamin kita tidak datang terlambat pada saat Ujian. (Hehehe....becanda2...) Intinya, setiap masalah dan hambatan bisa datang kapan saja sekalipun kita sudah menyiapkan rencana yang sempurna untuk menghindarinya, yang terpenting bukanlah seberapa besar masalah itu atau bagaimana cara menghindarinya, tapi yang terpenting adalah bagaimana cara kita menghadapi masalah itu dan bagaimana kondisi kita setelah masalah itu berlalu, apakah menyisakan muka kusam dan rasa kesal ataukah rasa senyuman penuh keikhlasan yang tersisa.... (Hmmm....hehehehe....)