Hmmm...Tulisan pertama saya di LemTaqwa (sebuah buletin kampus)...
“AHLAN WA SAHLAN PEJUANG MUDA FASILKOM UI 2007”. Demikian kalimat penyambutan yang tertulis pada sebuah spanduk yang ditujukan kepada Mahasiswa Baru atau biasa kita dengar dengan istilah Maba. Momen seperti ini memang sudah menjadi agenda rutin tahunan sekaligus menjadi tanda bahwa masa perkuliahan akan segera datang. Perasaan haru, bangga, bahagia, atau bahkan kecewa dari setiap orang turut mewarnai momen ini. Bagi Maba, sebagian mungkin merasa bangga karena kerja keras dan doanya selama di SMA membuahkan hasil yang sesuai dengan yang diinginkannya, sedangkan sebagian lainnya mungkin merasa kecewa karena dia diterima di Fakultas yang bukan pilihan pertamanya. Perasaan seperti itu pun berlaku untuk mahasiswa lama yang sudah lebih dahulu “berjuang” di Fasilkom. Sebagian merasa gembira sekaligus bangga karena berhasil melewati semester genap dengan lancar, lulus dengan predikat sangat memuaskan, dan masih banyak alasan lainnya. Namun sebagian lainnya merasa kecewa karena mungkin nilai yang kurang memuaskan atau merasa kehilangan waktu liburan karena disibukkan oleh beraneka ragam kegiatan di kampus.
Secara teori bersyukur memang sederhana dan mudah melakukannya, namun pada kenyataannya mewujudkan rasa syukur itu sangatlah sulit karena selain sebagian besar dari kita cenderung lebih memikirkan apa yang kita dapatkan ketimbang berpikir darimana kita mendapatkan dan siapa yang memberikannya, bersyukur juga membutuhkan keikhlasan dalam penerapannya.
Lalu, bagaimana jika kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan?? Bagaimana cara kita bersyukur sedangkan kita sendiri dalam keadaan kecewa, baik itu karena tidak mendapatkan pilihan program studi pertama bagi Maba, ataupun karena keadaan kuliah kita anggap tidak begitu baik?? Saudaraku, begitu banyak obyek yang bisa kita jadikan alasan untuk bersyukur, karena apa yang kita alami dari detik awal sampai detik akhir kehidupan kita nanti adalah pemberian Allah yang sudah sepantasnya kita syukuri (atau bahkan sebenarnya wajib).
Coba deh kita renungi dahulu sejenak, apakah yang tidak kita dapatkan itu melebihi apa yang telah Allah berikan kepada kita?? Selalu berpikir positif adalah kuncinya. Lebih bijak jika kita mencari-cari dahulu kemungkinan-kemungkinan positif yang Allah rencanakan untuk kita. Sangat mungkin jika apa yang kita dapatkan sekarang adalah sesuatu yang sebenarnya terbaik untuk kita. Bisa juga kita merefleksikan diri apakah usaha dan doa kita sudah cukup untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, karena mungkin ada orang lain yang telah berusaha dan berdoa lebih keras dari kita dan mendapatkan apa yang sebenarnya kita inginkan. “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Qs.Al-Baqarah:216). Akan lebih baik jika kita mencari 1001 alasan untuk bersyukur terlebih dahulu sebelum kita memutuskan untuk tidak mengungkapkan rasa syukur akibat kekecewaan tersebut. Terkadang, penyesalan dan kekecewaan itu bisa membunuh rasa syukur loh..
2 comments:
Alhamdulillah...
sering2 ucapin alhamdulillah ber.
alhamdulillah gua masih jomblo jadi belajar gua konsen :) hehehehe
Subhanallah...
Betul tuh tha, harus rajin-rajin Bersyukur..
Hehehe.... :)
Post a Comment