Showing posts with label Hikmah. Show all posts
Showing posts with label Hikmah. Show all posts

Wednesday, March 19, 2008

Sudahkah Kita Akrab dengan Air??

Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? (Al Anbiyaa’: 30)

Dalam satu penelitian yang dilakukan oleh seorang ilmuwan Jepang, Masaru Emoto, ternyata air mempunyai kekuatan yang dahsyat. Setidaknya itulah yang menjadi kesimpulan dalam bukunya yang berjudul “The Hidden Message in Water”. Bahwasanya air mempunyai indra yang dapat merasa, mencium, berbuat, dan banyak lainnya. Penelitian yang dilakukan mungkin agak terlihat sedikit unik, yaitu dengan cara mengambil sampel air keran yang dimasukkan ke dalam gelas. Gelas-gelas tersebut kemudian diberi label berupa tulisan. Salah satu gelas diberi label dengan tulisan ”Terima Kasih”, sedangkan gelas lainnya diberi label dengan tulisan “Kamu Bodoh”. Lalu kedua gelas tersebut didiamkan beberapa saat (semalam) untuk selanjutnya dibekukan sampai menjadi es. Es tersebutlah yang diambil sampelnya untuk dilihat dengan mikroskop dan di foto. Hasilnya sungguh menakjubkan, dimana gelas dengan tulisan “Terima Kasih” membentuk heksagonal dengan butiran kristal yang sangat indah.

Baca Selengkapnya… »

Tuesday, September 04, 2007

Ketika Rasa Syukur Menemani Hari-mu

Hmmm...Tulisan pertama saya di LemTaqwa (sebuah buletin kampus)...


“AHLAN WA SAHLAN PEJUANG MUDA FASILKOM UI 2007”. Demikian kalimat penyambutan yang tertulis pada sebuah spanduk yang ditujukan kepada Mahasiswa Baru atau biasa kita dengar dengan istilah Maba. Momen seperti ini memang sudah menjadi agenda rutin tahunan sekaligus menjadi tanda bahwa masa perkuliahan akan segera datang. Perasaan haru, bangga, bahagia, atau bahkan kecewa dari setiap orang turut mewarnai momen ini. Bagi Maba, sebagian mungkin merasa bangga karena kerja keras dan doanya selama di SMA membuahkan hasil yang sesuai dengan yang diinginkannya, sedangkan sebagian lainnya mungkin merasa kecewa karena dia diterima di Fakultas yang bukan pilihan pertamanya. Perasaan seperti itu pun berlaku untuk mahasiswa lama yang sudah lebih dahulu “berjuang” di Fasilkom. Sebagian merasa gembira sekaligus bangga karena berhasil melewati semester genap dengan lancar, lulus dengan predikat sangat memuaskan, dan masih banyak alasan lainnya. Namun sebagian lainnya merasa kecewa karena mungkin nilai yang kurang memuaskan atau merasa kehilangan waktu liburan karena disibukkan oleh beraneka ragam kegiatan di kampus.

Satu pertanyaan yang patut kita pertanyakan adalah “Sudahkah kita bersyukur atas apa yang kita dapatkan sampai saat ini??”. Mungkin pertanyaan tersebut terdengar sangat sederhana namun sangat besar makna yang terkandung dibaliknya. Bersyukur bisa berarti mengingat setiap nikmat yang Allah anugerahkan kepada kita. Allah telah melipatkan nikmat-Nya untuk kita dari ujung rambut hingga ke bawah kedua telapak kaki. Seperti yang Allah firmankan dalam surat Ibrahim “Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan sanggup menghitungnya” (QS.Ibrahim:34). Diterimanya di universitas favorit, memiliki Indeks Prestasi yang memuaskan, memiliki kesehatan badan untuk menghadapi awal kuliah, bertemu kembali dengan sahabat seperjuangan, itu semua adalah nikmat pemberian Allah yang terkadang kita anggap sepele.

Secara teori bersyukur memang sederhana dan mudah melakukannya, namun pada kenyataannya mewujudkan rasa syukur itu sangatlah sulit karena selain sebagian besar dari kita cenderung lebih memikirkan apa yang kita dapatkan ketimbang berpikir darimana kita mendapatkan dan siapa yang memberikannya, bersyukur juga membutuhkan keikhlasan dalam penerapannya.

Lalu, bagaimana jika kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan?? Bagaimana cara kita bersyukur sedangkan kita sendiri dalam keadaan kecewa, baik itu karena tidak mendapatkan pilihan program studi pertama bagi Maba, ataupun karena keadaan kuliah kita anggap tidak begitu baik?? Saudaraku, begitu banyak obyek yang bisa kita jadikan alasan untuk bersyukur, karena apa yang kita alami dari detik awal sampai detik akhir kehidupan kita nanti adalah pemberian Allah yang sudah sepantasnya kita syukuri (atau bahkan sebenarnya wajib).

Coba deh kita renungi dahulu sejenak, apakah yang tidak kita dapatkan itu melebihi apa yang telah Allah berikan kepada kita?? Selalu berpikir positif adalah kuncinya. Lebih bijak jika kita mencari-cari dahulu kemungkinan-kemungkinan positif yang Allah rencanakan untuk kita. Sangat mungkin jika apa yang kita dapatkan sekarang adalah sesuatu yang sebenarnya terbaik untuk kita. Bisa juga kita merefleksikan diri apakah usaha dan doa kita sudah cukup untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, karena mungkin ada orang lain yang telah berusaha dan berdoa lebih keras dari kita dan mendapatkan apa yang sebenarnya kita inginkan. “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Qs.Al-Baqarah:216). Akan lebih baik jika kita mencari 1001 alasan untuk bersyukur terlebih dahulu sebelum kita memutuskan untuk tidak mengungkapkan rasa syukur akibat kekecewaan tersebut. Terkadang, penyesalan dan kekecewaan itu bisa membunuh rasa syukur loh..

Eits,,tapi jangan salah mengartikan mensyukuri nikmat dalam kondisi yang menurut kita mengecewakan itu sebagai wujud pasrah dan menyerah untuk mendapatkan hal yang kita inginkan ya!? Memiliki sebuah harapan dan impian sangatlah indah, karena mungkin juga kan, kalau kita berusaha sedikit lebih keras kita masih bisa mendapatkan impian kita itu. Tapi yang terpenting, “Jangan khawatir dengan apa yang belum kita dapatkan, namun khawatirkan apa yang sudah kita dapatkan namun belum sempat kita syukuri”. Jadi, apa lagi yang kita tunggu?? Mari kita bersyukur atas semua yang Allah berikan sampai detik ini, lalu memulai yang baru dengan Basmallah....

Saturday, June 16, 2007

Mengakhiri Untuk Memulai Yang Baru

Sesuatu yang dimulai pasti akan diakhiri. Mungkin itulah yang rutin tergambar di keseharian kita. Seperti siang yang diakhiri malam, segala kegiatan yang saat ini sedang kita alami pun suatu saat akan berakhir. Walaupun terkadang setiap orang mendefinisikan kata berakhir berbeda-beda. Akhir bukan berarti selesai, akan ada sesuatu yang baru yang mengawali setelah apa yang diakhiri tersebut. Seperti dimulainya semester pendek setelah berakhirnya UAS semester genap, atupun dalam regenerasi kepengurusan suatu Lembaga di kampus yang bertujuan untuk mengakhiri kepengurusan yang lama sekaligus mengawali kepengurusan yang baru. Hal tersebut merupakan rangkaian proses sampai akhirnya kita mencapai tujuan yang sebenarnya.

Tanpa diminta, dengan atau tanpa kita sadari sekalipun sesuatu yang baru itu akan tetap datang. Permasalahannya adalah bagaimana sikap kita untuk mengawali hal baru tersebut. Apakah kita adalah orang yang telah mempersiapkan segala sesuatunya untuk memulai langkah baru itu? Ataukah hanya menjadi orang tidak berbekal yang berkeliaran dan hanya mengikuti langkahnya begitu saja.

Tetapkanlah tujuan untuk mengawali sesuatu serta niatkanlah tujuan itu hanya karena Allah. Seperti dalam ayat Al-Qura’n yang berbunyi :

“Kecuali orang-orang yang tobat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar”(Q.s An-Nisa:146)

Secara umum tujuan adalah sasaran, cita-cita. Tujuan lebih dari sekedar mimpi, tujuan adalah mimpi yang diwujudkan. Tujuan lebih dari sekedar pernyataan “Saya berharap….” Melainkan suatu pernyataan tegas “Inilah apa yang saya usahakan agar tercapai”. Tidak ada yang terjadi, tidak ada langkah maju yang diambil hingga suatu tujuan ditetapkan. Tujuan mutlak perlu bagi keberhasilan sebagaimana udara dalam kehidupan. Tanpa tujuan orang hanya akan berjalan terhuyung-huyung, tanpa mengetahui ke mana mereka pergi. Temukan dan tetapkanlah tujuan kita, lalu niatkanlah karena Allah, karena hanya kepada-Nya lah tenpat kembalinya segala urusan.

“Dan berapalah banyaknya kota yang Aku tangguhkan (azab-Ku) kepadanya, yang penduduknya berbuat lalim, kemudian Aku azab mereka, dan hanya kepada-Ku lah kembalinya (segala sesuatu).” (Q.s Al-Hajj:48)

Itulah langkah awal terbaik yang bisa kita lakukan dalam mengawali sesuatu yang baru.

Mengakhiri bukan berarti melarikan diri atau menutupinya dengan sesuatu yang baru. Tetapi akan lebih bijak jika kita mengakhiri untuk mengambil pelajaran yang merupakan bekal kita dalam mengawali suatu yang baru. Dalam surat Al-Baqarah Allah berfirman :

“Maka Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang di masa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa”(Q.s Al-Baqarah :66)

Allah mengajarkan kita untuk senantiasa mengambil pelajaran dari orang-orang terdahulu. Mengawali yang yang baru bukan berarti melupakan dan memandang rendah apa yang telah diakhiri, karena seburuk apapun itu kita tetap bisa mengambil kebaikan dan pelajaran darinya.

Jadi, sudah siapkah kita untuk mengakhiri dan mengawali yang baru?

Mari kita memohon kepada-Nya yang Maha Berkehendak untuk menunjukkan jalan yang lurus dalam setiap aktifitas dan kegiatan kita, baik yang baru saja kita akhiri maupun yang baru akan kita awali….Semangat!!!

Saturday, June 02, 2007

Sisi Lain Kehidupan Seekor Kecoak

Assalamua’laikum Wr. Wb

Yo’ welcome Back Guys! Dalam tulisan kali ini, saya akan mengajak para pembaca sekalian untuk meneliti sesuatu. Masih ingat ketika kita masih muda dulu (baca : masih kecil) disuruh Ibu Guru TK ngamatin tingkah laku hewan sebangsa semut, burung, kambing, sapi, ayam, kucing, lumba-lumba, katak, ikan pari, panda, beruang atau hewan lainnya ?? Buat yang waktu TK belum pernah merasakannya, jangan khawatir…Belum terlambat ko’. Hehehe…

Langsung aja yuks!! Hewan yang kita teliti kali ini tidak lain dan tidak bukan adalah binatang kecil berkaki enam (eh klo ga’ salah ya’) dan bergerigi yang biasa muncul di malam hari di belakang lemari, kolong meja, kamar mandi atau bahkan saat ini ada belakang kamu. He..he.. Yup benar, hewan itu adalah Kecoak (~backsound: Jreng,,Jreng,,Jreng,,Jreng). Hah ?? Serius nih!! Kenapa ngomongin kecoak? Kaya ga’ ada kerjaan aja. Sabar kawan, walaupun harus diakui secara tidak sengaja saya melihat kecoak lewat di rumah dan dengan ketidak ada kerjaannya saya berniat untuk mengetahui jalan hidup sang kecoak tersebut. Terlintas dalam pikiran saya untuk mencari tahu informasi menarik tentang kecoak, sampai akhirnya saya memutuskan untuk Googling (istilah akrab dalam mencari informasi menggunakan situs Google). Hasilnya, Subhanallah!! Banyak sekali informasi tentang sang Kecoak itu.

Kecoak ternyata sudah ada sejak 300 juta tahun yang lalu, dan ternyata dia tidak banyak berevolusi seperti kebanyakan hewan-hewan lainnya. Sang kecoak ternyata juga ditakdirkan untuk bertahan di segala macam kondisi seperti panas menyengat atau dingin membeku, terlebih lagi kecoak juga lebih resisten terhadap radiasi ketimbang makhluk lain. Binatang ini mampu bertahan hidup tanpa kepala sampai sebulan, sampai akhirnya dia mati kelaparan. Benar kawan, kecoak tidak membutuhkan kepala untuk bernafas, bahkan otak sebagai alat kontrol tubuhnya. Kehilangan kepala tidak membuatnya kehilangan darah seperti kita.

Di alam bebas, ia menjadi santapan predatornya seperti burung, mamalia kecil, dan binatang amfibi. Namun kecoak kota (kecoak di perkotaan) nyaris tidak punya musuh, kecuali ya kita ini yang mati-matian berusaha untuk membunuh kecoak itu. Faktanya, kecoak memiliki pelindung yang kuat di punggungnya yang membuat ia tidak mudah mati dipukul. Oiya buat informasi nih, jangan kira kecoak langsung mati ketika dipukul ya! Beberapa menit kemudian kecoak itu akan kembali berjalan dan kabur entah kemana. (Hihihi,,,jangan tersinggung klo dibohongi kecoak ya’)

Dalam hal berkembang biak, kecoak bisa menghasilkan 40 ekor kecoak Junior dalam sebulan. Mereka adalah kaum Omnivora yang bisa memakan Feses, lem, sisa makanan di dapur, organisme mati (termasuk mayat manusia), bahkan keturunannya sendiri. Sayangnya kecoak bernasip buruk karena selain menjijikan bagi kebanyakan orang, kecoak dituding sebagai penyebar bakteri dan penyakit, juga dituduh menyebabkan gangguan pernapasan dan pemicu asma, serta mengontaminasi makanan. (huhuhu, binatang malang).

Tapi, apa benar kehadiran kecoak di dunia ini tidak ada gunanya sama sekali? Ya pasti ada dunx. Kecoak itu bagian dari rantai makanan. Kalau dia hilang, yaa…..tau sendiri kan gimana jadinya. Selain itu, kecoak membantu membersihkan lingkungan kita dari sisa-sia organisme. Dan yang paling menarik adalah, kecoak bisa dijadikan indikator kebersihan di rumah. Serius nih, jika kita sudah membersihkan rumah, tapi ternyata kecoaknya masih menginvasi dapur kita, bergembiralah. Percaya atau tidak, ini sesungguhnya bukti bahwa lingkungan rumah kita sudah bersih. Saking bersihnya sampai tidak menyediakan makanan bagi sang kecoak sampai akhirnya dia memutuskan untuk mengorek-ngorek makanan di dapur. Eh tapi jangan diartikan rumah yang banyak kecoaknya itu bersih ya? Itu mah rumah yang banyak makanan kecoak namanya. Hehehe…

Selain itu, konon katanya kecoak mengandung protein yang tinggi juga lowh, asal kamunya tidak jijik aja. Hehehe… Bagi yang berminat, cara memasaknya adalah dengan mencabut dulu semua kaki dan sayapnya. Potong bagian kepala, dan buat irisan di tengah badan. Sebelum dipanggang, campur dengan bawang dan garam. Rasanya ?? jangan tanya ke saya, saya kan hanya menyampaikan loh, selanjutnya terserah anda. Hehehe…

Subhanallah, begitu banyak pelajaran yang bisa kita dapatkan dari seekor kecoak yang biasanya hanya dipandang sebagai makhluk menjijikan. Padahal tidak ada yang Allah ciptakan di dunia ini dengan sia-sia. Tengok sebentar ayat Qur’an berikut ini yuks:

“dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran.” (Q.S 16:13)

“Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran”
(Q.S 16:17)

Mungkin itulah sekilas tentang romantika kehidupan sang kecoak. He..he.. buat yang masih kurang berminat ngomongin kecoak, ini Cuma selingan doank ko’. Ketahuilah sahabatku, bahwa ngomongin kecoak dan mengambil pelajaran darinya itu jauh lebih baik daripada tertawa bahagia membicarakan keburukan seseorang. Hehehe..

Wassalam..

**banyak mengutip dari artikel "Kecoak Tanda Lingkungan Bersih", Dwiwati Riandhini.Majalah Intisari No.495, Oktober 2004.

Monday, May 14, 2007

Dakwah tidak dapat dipikul orang manja

Wahai Saudaraku yang dikasihi Allah.

Perjalanan dakwah yang kita lalui ini bukanlah perjalanan yang banyak ditaburi kegemerlapan dan kesenangan. Ia merupakan perjalanan panjang yang penuh tantangan dan rintangan berat.

Telah banyak sejarah orang-orang terdahulu sebelum kita yang merasakan manis getirnya perjalanan dakwah ini. Ada yang disiksa, ada pula yang harus berpisah kaum kerabatnya. Ada pula yang diusir dari kampung halamannya. Dan sederetan kisah perjuangan lainnya yang telah mengukir bukti dari pengorbanannya dalam jalan dakwah ini. Mereka telah merasakan dan sekaligus membuktikan cinta dan kesetiaan terhadap dakwah.


Cobalah kita tengok kisah Dzatur Riqa’ yang dialami sahabat Abu Musa Al Asy’ari dan para sahabat lainnya –semoga Allah swt. meridhai mereka. Mereka telah merasakannya hingga kaki-kaki mereka robek dan kuku tercopot. Namun mereka tetap mengarungi perjalanan itu tanpa mengeluh sedikitpun. Bahkan, mereka malu untuk menceritakannya karena keikhlasan dalam perjuangan ini. Keikhlasan membuat mereka gigih dalam pengorbanan dan menjadi tinta emas sejarah umat dakwah ini. Buat selamanya.

Pengorbanan yang telah mereka berikan dalam perjalanan dakwah ini menjadi suri teladan bagi kita sekalian. Karena kontribusi yang telah mereka sumbangkan untuk dakwah ini tumbuh bersemi. Dan, kita pun dapat memanen hasilnya dengan gemilang. Kawasan Islam telah tersebar ke seluruh pelosok dunia. Umat Islam telah mengalami populasi dalam jumlah besar. Semua itu karunia yang Allah swt. berikan melalui kesungguhan dan kesetiaan para pendahulu dakwah ini. Semoga Allah meridhai mereka.

Duhai saudaraku yang dirahmati Allah swt.

Renungkanlah pengalaman mereka sebagaimana yang difirmankan Allah swt. dalam surat At-Taubah: 42.

Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak berapa jauh, pastilah mereka mengikutimu. Tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka, mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah, “Jika kami sanggup tentulah kami berangkat bersama-samamu.” Mereka membinasakan diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta.

Mereka juga telah melihat siapa-siapa yang dapat bertahan dalam mengarungi perjalanan yang berat itu. Hanya kesetiaanlah yang dapat mengokohkan perjalanan dakwah ini. Kesetiaan yang menjadikan pemiliknya sabar dalam menghadapi cobaan dan ujian. Menjadikan mereka optimis menghadapi kesulitan dan siap berkorban untuk meraih kesuksesan. Kesetiaan yang menghantarkan jiwa-jiwa patriotik untuk berada pada barisan terdepan dalam perjuangan ini. Kesetiaan yang membuat pelakunya berbahagia dan sangat menikmati beban hidupnya. Setia dalam kesempitan dan kesukaran. Demikian pula setia dalam kelapangan dan kemudahan.

Saudaraku seperjuangan yang dikasihi Allah swt.

Sebaliknya orang-orang yang rentan jiwanya dalam perjuangan ini tidak akan dapat bertahan lama. Mereka mengeluh atas beratnya perjalanan yang mereka tempuh. Mereka pun menolak untuk menunaikannya dengan berbagai macam alasan agar mereka diizinkan untuk tidak ikut. Mereka pun berat hati berada dalam perjuangan ini dan akhirnya berguguran satu per satu sebelum mereka sampai pada tujuan perjuangan.

Penyakit wahan telah menyerang mental mereka yang rapuh sehingga mereka tidak dapat menerima kenyataan pahit sebagai risiko dan sunnah dakwah ini. Malah mereka menggugatnya lantaran anggapan mereka bahwa perjuangan dakwah tidaklah harus mengalami kesulitan.

Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya. Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan keinginan mereka, dan dikatakan kepada mereka: “Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu.” (At-Taubah: 45-46)

Kesetiaan yang ada pada mereka merupakan indikasi kuat daya tahannya yang tangguh dalam dakwah ini. Sikap ini membuat mereka stand by menjalankan tugas yang terpikul di pundaknya. Mereka pun dapat menunaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Bila ditugaskan sebagai prajurit terdepan dengan segala akibat yang akan dihadapinya, ia senantiasa berada pada posnya tanpa ingin meninggalkannya sekejap pun. Atau bila ditempatkan pada bagian belakang, ia akan berada pada tempatnya tanpa berpindah-pindah. Sebagaimana yang disebutkan Rasulullah saw. dalam beberapa riwayat tentang prajurit yang baik.

Wahai Saudaraku yang dirahmati Allah.

Marilah kita telusuri perjalanan dakwah Abdul Fattah Abu Ismail, salah seorang murid Imam Hasan Al Banna yang selalu menjalankan tugas dakwahnya tanpa keluhan sedikitpun. Dialah yang disebutkan Hasan Al Banna orang yang sepulang dari tempatnya bekerja sudah berada di kota lain untuk memberikan ceramah kemudian berpindah tempat lagi untuk mengisi pengajian dari waktu ke waktu secara maraton. Ia selalu berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain untuk menunaikan amanah dakwah. Sesudah menunaikan tugas dengan sebaik-baiknya, ia merupakan orang yang pertama kali datang ke tempatnya bekerja. Malah, ia yang membukakan pintu gerbangnya.

Pernah ia mengalami keletihan hingga tertidur di sofa rumah Zainab Al-Ghazali. Melihat kondisi tubuhnya yang lelah dan penat itu, tuan rumah membiarkan tamunya tertidur sampai bangun. Setelah menyampaikan amanah untuk Zainab Al Ghazali, Abdul Fattah Abu Ismail pamit untuk ke kota lainnya. Karena keletihan yang dialaminya, Zainab Al Ghazali memberikan ongkos untuk naik taksi. Abdul Fattah Abu Ismail mengembalikannya sambil mengatakan, “Dakwah ini tidak akan dapat dipikul oleh orang-orang yang manja.” Zainab pun menjawab, “Saya sering ke mana-mana dengan taksi dan mobil-mobil mewah, tapi saya tetap dapat memikul dakwah ini dan saya pun tidak menjadi orang yang manja terhadap dakwah. Karena itu, pakailah ongkos ini, tubuhmu letih dan engkau memerlukan istirahat sejenak.” Ia pun menjawab, “Berbahagialah ibu. Ibu telah berhasil menghadapi ujian Allah swt. berupa kenikmatan-kenikmatan itu. Namun, saya khawatir saya tidak dapat menghadapinya sebagaimana sikap ibu. Terima kasih atas kebaikan ibu. Biarlah saya naik kendaraan umum saja.”

Duhai saudaraku yang dimuliakan Allah swt.

Itulah contoh orang yang telah membuktikan kesetiaannya pada dakwah lantaran keyakinannya terhadap janji-janji Allah swt. Janji yang tidak akan pernah dipungkiri sedikit pun. Allah swt. telah banyak memberikan janji-Nya pada orang-orang yang beriman yang setia pada jalan dakwah berupa berbagai anugerah-Nya. Sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur’an.

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa)- mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (Al-Anfal: 29)

Dengan janji Allah swt. tersebut, orang-orang beriman tetap bertahan mengarungi jalan dakwah ini. Dan mereka pun tahu bahwa perjuangan yang berat itu sebagai kunci untuk mendapatkannya. Semakin berat perjuangan ini semakin besar janji yang diberikan Allah swt. kepadanya. Kesetiaan yang bersemayam dalam diri mereka itulah yang membuat mereka tidak akan pernah menyalahi janji-Nya. Dan, mereka pun tidak akan pernah mau merubah janji kepada-Nya.

Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya). (Al Ahzab: 23)

Wahai ikhwah kekasih Allah swt.

Pernah seorang pejuang Palestina yang telah berlama-lama meninggalkan kampung halaman dan keluarganya untuk membuat mencari dukungan dunia dan dana diwawancarai. “Apa yang membuat Anda dapat berlama-lama meninggalkan keluarga dan kampung halaman?” Jawabnya, karena perjuangan. Dan, dengan perjuangan itu kemuliaan hidup mereka lebih berarti untuk masa depan bangsa dan tanah airnya. “Kalau bukan karena dakwah dan perjuangan, kami pun mungkin tidak akan dapat bertahan,” ungkapnya lirih.

Wahai saudaraku seiman dan seperjuangan

Aktivis dakwah sangat menyakini bahwa kesabaran yang ada pada dirinyalah yang membuat mereka kuat menghadapi berbagai rintangan dakwah. Bila dibandingkan apa yang kita lakukan serta yang kita dapatkan sebagai risiko perjuangan di hari ini dengan keadaan orang-orang terdahulu dalam perjalanan dakwah ini, belumlah seberapa. Pengorbanan kita di hari ini masih sebatas pengorbanan waktu untuk dakwah. Pengorbanan tenaga dalam amal khairiyah untuk kepentingan dakwah. Pengorbanan sebagian kecil dari harta kita yang banyak. Dan bentuk pengorbanan ecek-ecek lainnya yang telah kita lakukan. Coba lihatlah pengorbanan orang-orang terdahulu, ada yang disisir dengan sisir besi, ada yang digergaji, ada yang diikat dengan empat ekor kuda yang berlawanan arah, lalu kuda itu dipukul untuk lari sekencang-kencangnya hingga robeklah orang itu. Ada pula yang dibakar dengan tungku yang berisi minyak panas. Mereka dapat menerima resiko karena kesabaran yang ada pada dirinya.

Kesabaran adalah kuda-kuda pertahanan orang-orang beriman dalam meniti perjalanan ini. Bekal kesabaran mereka tidak pernah berkurang sedikit pun karena keikhlasan dan kesetiaan mereka pada Allah swt.

Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. (Ali Imran: 146)

Bila kita memandang kehidupan generasi pilihan, kita akan temukan kisah-kisah brilian yang telah menyuburkan dakwah ini. Muncullah pertanyaan besar yang harus kita tujukan pada diri kita saat ini. Apakah kita dapat menyemai dakwah ini menjadi subur dengan perjuangan yang kita lakukan sekarang ini ataukah kita akan menjadi generasi yang hilang dalam sejarah dakwah ini.

Ingat, dakwah ini tidak akan pernah dapat dipikul oleh orang-orang yang manja. Militansi aktivis dakah merupakan kendaraan yang akan menghantarkan kepada kesuksesan. Semoga Allah menghimpun kita dalam kebaikan. Wallahu’alam.

Luasnya Neraka

Yazid Arraqqasyi dari Anas bin Malik ra. berkata: Jibrail datang kepada Nabi saw pada waktu yg ia tidak biasa datang dalam keadaan berubah mukanya, maka ditanya oleh nabi s.a.w.:
"Mengapa aku melihat kau berubah muka?" Jawabnya: "Ya Muhammad, aku datang kepadamu di saat Allah menyuruh supaya dikobarkan penyalaan api neraka, maka tidak layak bagi orang yg mengetahui bahawa neraka Jahannam itu benar, dan siksa kubur itu benar, dan siksa Allah itu terbesar untuk bersuka-suka sebelum ia merasa aman dari padanya."
Lalu nabi s.a.w. bersabda: "Ya Jibrail, jelaskan padaku sifat Jahannam."
Jawabnya: "Ya. Ketika Allah menjadikan Jahannam, maka dinyalakan selama seribu tahun, sehingga merah, kemudian dilanjutkan seribu tahun sehingga putih, kemudian seribu tahun sehingga hitam, maka ia hitam gelap, tidak pernah padam nyala dan baranya. Demi Allah yg mengutus engkau dengan hak, andaikan terbuka sebesar lubang jarum nescaya akan dapat membakar penduduk dunia semuanya kerana panasnya.

Demi Allah yg mengutus engkau dengan hak, andaikan satu baju ahli neraka itu digantung di antara langit dan bumi nescaya akan mati penduduk bumi kerana panas dan basinya.

Demi Allah yg mengutus engkau dengan hak, andaikan satu pergelangan dari rantai yg disebut dalam Al-Quran itu diletakkan di atas bukit, nescaya akan cair sampai ke bawah bumi yg ke tujuh.

Demi Allah yg mengutus engkau dengan hak, andaikan seorang di hujung barat tersiksa, nescaya akan terbakar orang-orang yang di hujung timur kerana sangat panasnya, Jahannam itu sangat dalam dan perhiasannya besi, dan minumannya air panas campur nanah, dan pakaiannya potongan-potongan api.
Api neraka itu ada tujuh pintu, tiap-tiap pintu ada bahagiannya yang tertentu dari orang laki-laki dan perempuan."

Nabi s.a.w. bertanya: "Apakah pintu-pintunya bagaikan pintu-pintu rumah kami?" Jawabnya: "Tidak, tetapi selalu terbuka, setengahnya di bawah dari lainnya, dari pintu ke pintu jarak perjalanan 70,000 tahun, tiap pintu lebih panas dari yang lain 70 kali ganda." (nota kefahaman: iaitu yg lebih bawah lebih panas)

Tanya Rasulullah s.a.w.: "Siapakah penduduk masing-masing pintu?"
Jawab Jibrail:

"Pintu yg terbawah untuk orang-orang munafik, dan orang-orang yg kafir setelah diturunkan hidangan mukjizat nabi Isa a.s. serta keluarga Fir'aun sedang namanya Al-Hawiyah.
Pintu kedua tempat orang-orang musyrikin bernama Jahim,
Pintu ketiga tempat orang shobi'in bernama Saqar.
Pintu ke empat tempat Iblis dan pengikutnya dari kaum majusi bernama Ladha,
Pintu kelima orang yahudi bernama Huthomah.
Pintu ke enam tempat orang nasara bernama Sa'eir."

Kemudian Jibrail diam segan pada Rasulullah s.a.w. sehingga ditanya:
"Mengapa tidak kau terangkan penduduk pintu ke tujuh?"
Jawabnya: "Di dalamnya orang-orang yg berdosa besar dari ummatmu yg sampai mati belum sempat bertaubat."

Maka nabi s.a.w. jatuh pingsan ketika mendengar keterangan itu, sehingga Jibrail meletakkan kepala nabi s.a.w. di pangkuannya sehingga sedar kembali dan sesudah sadar nabi saw bersabda: "Ya Jibrail, sungguh besar kerisauanku dan sangat sedihku, apakah ada seorang dari ummat ku yang akan masuk ke dalam neraka?"
Jawabnya: "Ya, iaitu orang yg berdosa besar dari ummatmu."
Kemudian nabi s.a.w. menangis, Jibrail juga menangis, kemudian nabi s.a.w. masuk ke dalam rumahnya dan tidak keluar kecuali untuk sembahyang kemudian kembali dan tidak berbicara dengan orang dan bila sembahyang selalu menangis dan minta kepada Allah.(dipetik dari kitab "Peringatan Bagi Yg Lalai")

Dari Hadith Qudsi: Bagaimana kamu masih boleh melakukan maksiat sedangkan kamu tak dapat bertahan dengan panasnya terik matahari Ku.

Tahukah kamu bahawa neraka jahanamKu itu:
1. Neraka Jahanam itu mempunyai 7 tingkat
2. Setiap tingkat mempunyai 70,000 daerah
3. Setiap daerah mempunyai 70,000 kampung
4. Setiap kampung mempunyai 70,000 rumah
5. Setiap rumah mempunyai 70,000 bilik
6. Setiap bilik mempunyai 70,000 kotak
7. Setiap kotak mempunyai 70,000 batang pokok zarqum
8. Di bawah setiap pokok zarqum mempunyai 70,000 ekor ular
9. Di dalam mulut setiap ular yang panjang 70 hasta mengandungi lautan racun yang hitam pekat.
10. Juga di bawah setiap pokok zarqum mempunyai 70,000 rantai
11. Setiap rantai diseret oleh 70,000 malaikat

Mudah-mudahan dapat menimbulkan keinsafan kepada kita semua.Wallahua' lam.

Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan dari keterangan-keterang an dan petunjuk hidayat, sesudah Kami terangkannya kepada manusia di dalam Kitab Suci, mereka itu dilaknat oleh Allah dan dilaknat oleh sekalian makhluk.
Al-Quran Surah Al- Baqarah Ayat 159

Dari Abdullah bin 'Amr R.A,
Rasulullah S.A.W bersabda:" Sampaikanlah pesanku biarpun satu ayat..
--

Wednesday, January 31, 2007

Tahun Baru



Tahun Baru adalah saat yang tepat untuk mengintrospskesi diri, merenungi dan merefleksi diri bahkan juga umat ini. Kita renungkan apa yang hingga kini telah dicapai oleh kita umat Islam setelah kejatuhannya yang kedua pada tahun 1924 M yang lalu. Apa yang telah kita perbuat dan perjuangkan untuk kembali meniti jalan kebangkitan Islam menyongsong kejayaannya yang gemilang.

Ikhwah fillah sekalian, kita akan selalu ingat bahwa Rasulullah telah menjanjikan kepada umat ini berbagai kemenangan. Rasulullah pernah memberikan sinyalemen masa depan : "Suatu saat nanti umatku akan mampu menaklukkan Konstantinopel (Byzantium, Romawi Timur). Sebaik-baik pasukan adalah pasukan pada saat itu. Dan sebaik-baik pemimpin adalah pemimpin pada saat itu. Umatku juga akan menaklukkan bangsa Rum (Romawi Barat : Eropab dan Amerika)." Sahabat bertanya : "Yang manakah yang akan kita taklukkan terlebih dulu, ya Rasul?" Rasul menjawab : "Negerinya Heraklius (Konstantinopel) yang akan terlebih dulu kita taklukkan!"
Dan kita lihat sebuah fakta ikhwah fillah sekalian, bahwasannya Konstantinopel takluk oleh seorang pemuda muslim Sulthan Muhammad al Fathih II tahun 1453 M pada usianya yang baru 23 tahun! Maka beliau bersama pasukannya saat itu telah membuktikan janji kemenangan yang telah Rasulullah berikan! Rentang masa Rasulullah dengan pembuktian janji itu sekitar 7-8 abad lamanya.

Dan ikhwah fillah sekalian, masa yang kini kita hidup di dalamnya adalah masa yang berada dekat pada siklus kedua pembuktian janji itu. Kita berada pada masa yang sangat dekat dengan abad-abad kemenangan! Berarti, penaklukkan bangsa Rum (Eropa dan Amerika) sepertinya tidak lama lagi! Dan janji Rasulullah juga pasti akan terbuktikan! Dan kita sangat mengharapkan bahwa penaklukkan ini adalah penaklukkan damai, bukan peperangan. Islam yang diajarkan dan dicontohkan Rasulullah adalah Islam yang damai dan sangat membenci peperangan. Namun bukan berarti kita mengingkari perang jika ternyata kondisi mengharuskan kita untuk berperang. Kita perhatikan bahwa perang-perang yang ada pada masa rasulullah adalah perang-perang defensif. Posisi umat Islam pada saat itu berada pada posisi bertahan. Artinya, umat Islam yang diserang terlebih dahulu. Kita lihat Perang Badar, Uhud, Khandaq (Ahzab) akan kita temukan fakta ini! Setelah Perang Tabuk, Rasulullah berkata kepada para shahabat : "Mulai hari ini, mereka (kaum kafir) tidak akan lagi menyerang kita, kitalah yang akan menyerang mereka." Dan kita akan lihat fakta bahwasannya posisi ofensif (menyerang) yang dilakukan oleh Rasulullah adalah bukan penyerangan militer tapi justru sebuah "jalan damai" yaitu dengan sebuah Perjanjian Hudaibiyyah. Dan serangan ofensif setelah itu adalah jalan damai Fathu Makkah (Pembukaan kota Makkah).

Ikhwah fillah sekalian, mengapa umat yang dididik (tarbiyyah) oleh Rasulullah mampu menjadi pemimpin dunia. Mereka pada awalnya adalah orang-orang gurun, ada juga yang badui. Mereka bodoh dan terbelakang. Kebanyakan mereka adalah para penggembala. Tapi ikhwah sekalian, suatu kekuatan besar telah merasuki jiwa-jiwa mereka. Dan jiwa-jiwa itulah yang mampu menghantarkan Islam hingga ke segenap penjuru dunia. Islam pun memimpin dan melayani dunia dengan implementasi ajarannya yang mulia. Hingga kita pun merasakannya.

Ikhwah fillah sekalian, jumlah sahabat yang terbina saat hijrah dari Madinah ke Makkah saat Fathu Makkah adalah sekitar 120 orang. Ketika terjadi peristiwa Fathu Makkah, maka umat Islam pun menjadi sekitar 120.000-an orang. Dan kini kita saksikan bahwa jumlah total umat Islam sedunia ada sekitar 1,2 milyaran orang!

Ikhwah fillah sekalian, Rasulullah juga pernah memberikan kabar gembira : "Telah diperlihatkan kepadaku bahwa umatku akan berkuasa dan memimpin dunia dan wilayah umatku itu terbentang dari Timur hingga Barat. Wilayah itu dihimpunkan hingga aku melihat ada warna merah dan putih."

Yang pasti warna merah-putih dalam hadits ini tidak ada kaitannya dengan warna bendera Indonesia. Tapi ikhwah fillah sekalian, saya seperti merasa bahwa merah-putih itu adalah kita umat Islam di bumi Indonesia! Kita lihat faktanya bahwa Indonesia adalah negeri dengan jumlah muslim terbesar di seantero jagat. Kita juga akan terhenyak dan sadar ketika seorang Ulama Internasioanl Syaikh Yusuf al Qaradhawy menyatakan bahwa kami (umat Islam di Timur Tengah khususnya, di belaha dunia yang lain umumnya) butuh sosok pemersatu. Dan beliau sangat mengharapkan bahwa sosok itu adalah umat Islam di bumi Indonesia ini! Kami, kata beliau, sangat butuh sosok yang akan memimpin dunia Islam. Dan sekali lagi, ikhwah fillah sekalian, mereka sangat mengharapkan sosok itu adalah kita; kaum muslimin di bumi nusantara!

Bagaimana dengan kita ikhwah fillah sekalian!? Kita sangat sadar bahwa kita umat Islam di Indonesia sedang terjangkit virus "Mulim Paradox". Yaitu suatu kondisi di mana ada paradox (pertentangan) antara entitas Islam dengan entitas Muslim-nya. Ibaratnya seperti Langit dan Sumur! Islam itu langit dan umat Islam itu sumur! Islam mengajarkan keshalihan, tapi faktanya banyak kita yang tidak shalih. Islam mengajarkan kejujuran, tapi faktanya yang koruptor kebanyakn orang Islam. Islam sangat menganjurkan kepedulian terhadap kondisi umat, tapi faktanya banyak di antara kita yang egois dan apatis. Islam sangat memerintahkan tentang penguasaan IPTEK, tapi kita malah terjangkit penyakit kebodohan. Islam sangat memerintahkan kita untuk kuat dalam segala hal (politik, ekonomi, pendidikan, sosial, dsb), tapi faktanya kita lemah dalam itu semua!

Lalu bagaimana solusinya ikhwah fillah sekalian? Tak ada jalan lain selain "mendekatkan" Islam yang langit dan umat Islam yang sumur akan menggapainya! Dan jalan itu adalah jalan tarbiyyah di segala bidang! Jalan pembinaan dan pendidikan! Secara utuh dan sesuai dengan manhaj Rasulullah tentunya!

Dengan jalan tarbiyyah itu, kita umat Islam Indonesia akan mampu melahirkan para khalifah (pahlawan mukmin) yang akan mengemban amanah kemenangan dan kejayaan! Karena itu, berbuatlah yang banyak dan terarah agar terlahir manusia-manusia muslim Indonesia yang berderajat khalifah! Dan hal ini harus dimulai dari diri kita sendiri. Maka, jadikanlah diri kita seorang khalifah. Dan akan lahir ribuan bahkan jutaan khalifah-khalifah yang lain! Dan untuk menjadi seorang khalifah, tidak perlu menanti tegaknya Asy Syri'ah! Tidak perlu menanti datangnya Sang Mesiah! Tidak perlu menanti tegaknya Al Khilafah!

Karena itu ikhwah fillah sekalian, jadilah khalifah mulai saat ini! Dan sambutlah momen Tahun Baru Muharram ini dengan JIWA BARU! Dengan RUH BARU! Dan dengan SEMANGAT BARU!!!

SELAMAT TAHUN BARU 1428 HIJRIYYAH....

dari : my-alazka.com

Saturday, October 07, 2006

Apakah Tuhan Menciptakan Kejahatan ?


A
pakah Tuhan menciptakan segala yang ada? Apakah kejahatan itu ada? Apakah Tuhan menciptakan kejahatan? Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswanya dengan pertanyaan ini...

"Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?". Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, "Betul, Dia yang menciptakan semuanya". "Tuhan menciptakan semuanya?" Tanya professor sekali lagi. "Ya, Prof, semuanya" kata mahasiswa tersebut.

Profesor itu menjawab, "Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan."

Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut. Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau agama itu adalah sebuah mitos.

Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, "Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?"

"Tentu saja," jawab si Profesor.

Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, "Profesor, apakah dingin itu ada?"
"Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada. Kamu tidak pernah sakit flu?" Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa lainnya.
Mahasiswa itu menjawab, "Kenyataannya, Prof, dingin itu tidak ada!" Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas.

Mahasiswa itu melanjutkan, "Profesor, apakah gelap itu ada?" Profesor itu menjawab, "Tentu saja itu ada." Mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi anda salah, Prof. Gelap itu juga tidak ada." Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak bisa kita pelajari. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna. Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya."

Akhirnya mahasiswa itu bertanya, "Profesor, apakah kejahatan itu ada?"

Dengan bimbang professor itu menjawab, "Tentu saja, seperti yang telah kukatakan sebelumnya." Kita melihat setiap hari di Koran dan TV. Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan."

Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi Anda salah, Prof. Kajahatan itu tidak ada." Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau gelap, kejahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan. Tuhan tidak menciptakan kejahatan. Kejahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih Tuhan di hati manusia. Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya."

Profesor itu terdiam.


* Nama mahasiswa itu adalah Albert Einstein.


[dari my-alazka.com >> ukhuwah.or.id]

Saturday, September 23, 2006

Rahasia Angka 13

Inilah dia rahasia shalat...

  1. Niat Sholat : Sebenarnya memelihara taubat kita dari dunia dan akhirat.
  2. Berdiri Sempurna : Fadilatnya, ketika mati dapat meluaskan tempat kita di dalam kubur.
  3. Takbir-ratul Ihram : Fadilatnya, sebagai pelita yang menerangi kita di dalam kubur.
  4. Fatihah : Sebagai pakaian yang indah-indah di dalam kubur.
  5. Ruqu' : Sebagai tikar kita di dalam kubur.
  6. I'tidal : Akan memberi minuman air dari telaga al-kautsar ketika didalam kubur.
  7. Sujud : Memagar kita ketika menyeberangi titian SIRATUL-MUSTAQIM.
  8. Duduk antara 2 Sujud : Akan menaung panji-panji nabi kita di dalam kubur
  9. Duduk antara 2 Sujud (akhir) : Menjadi kendaraan ketika kita di padang Mahsyar.
  10. Tahhiyat Akhir : Sebagai penjawab bagi persoalan yang dikemukakan oleh Munkar & Nankir di dalam kubur.
  11. Shalawat Nabi : Sebagai pendinding api neraka di dalam kubur.
  12. Salam : Memelihara kita di dalam kubur.
  13. Tertib : Akan pertemuan kita dengan Allah S. W. T.

Senarai di atas adalah salah satu sebab mengapa orang Yahudi atau Kafir tidak suka dengan angka 13 dan juga Hari Jumat. Itulah sebab mengapa mereka mencipta cerita yang begitu seram yaitu "FRIDAY the 13th"

Thursday, September 14, 2006

Busana dan Rasa Malu

Busana dan Rasa Malu

Wahai saudariku! Wahai mutiara Islam yang telah ditaburi iman suci oleh sang Penabur, yang telah diberi-Nya pakaian dan diangkat-Nya ke atas derajat bintang-bintang kemilau. Apakah engkau rela jika dirimu menjadi tawanan kaum yang tidak bermoral? Apakah engkau rela melepas pakaian malumu dan menampakkan kepada kaum laki-laki apa-apa yang telah Allah suruh untuk menutupinya?

Saudariku, sesungguhnya malu itu pakaian manusia yang sangat indah. Namun, ia akan menjadi lebih indah lagi jika di
miliki wanita. Bahkan, begitu dekat antara wanita dengan malu sehingga jika sifat ini tak ada lagi padanya, maka hilanglah kewanitaannya.

Saudariku, lihatlah tingkat rasa malunya Ummul Mukminin, Aisyah r.a. yang berkata, "Aku telah memasuki rumah yang di dalamnya telah dikuburkan jasad Rasulullah saw dan jasad ayahku (Abu Bakar r.a.). Aku tidak berani melepas pakaianku, meskipun mereka itu adalah suamiku dan ayahku. Ketika Umar r.a. dikuburkan di tempat itu, demi Allah aku tidak pernah memasukinya kecuali menutupi tubuhku dengan pakaianku, karena aku malu kepada Umar."

Waspadalah wahai saudariku, pegang teguhlah pakaian malu yang melekat pada dirimu dan jauhkanlah dirimu dari pakaian-pakaian lacur serta apa-apa yang berusaha menelanjangimu dan menjerumuskanmu ke dalam hal-hal yang diharamkan Allah SWT.

Menurut Ar-Rafi'i hijab itu tidak lain semata-mata untuk melindungi jiwa wanita, meningkatkan harga dirinya di tengah-tengah masyarakat, menjaganya dari jual beli terkutuk dan mengangkatnya agar jangan sampai menjadi barang dagangan yang murahan yang dijajakan di pinggir jalan dan di pasar-pasar. Mereka seringkali menawarkan barang murahan itu dengan kata-kata: mata hitam, pipi mawar, bibir yakut, gigi mutiara, pinggul memikat, payudara montok, dan sebagainya.

Bukankah wanita-wanita yang melepaskan akhlak seperti para bintang film dan wanita-wanita barat telah mengalami kerugian yang sangat besar setelah tidak lagi menawarkan diri dengan ungkapan-ungkapan seperti di atas, mereka akhirnya berkumpul di jalan-jalan untuk menunggu para konsumen menawar tubuh mereka.

Selanjutnya menurut Ar-Rafi'i, "Itulah kebebasan, itulah menjual harga diri, atau entah apa lagi namanya. Yang jelas, semua itu selalu berakhir dengan hilangnya eksistensi wanita ataupun kerusakannya."

Waspadalah wahai wanita-wanita muslimah!

Sumber : http://www.my-alazka.com

Kupu-Kupu


S
uatu ketika terdapat seorang pemuda di tepian telaga. Ia tampak termenung. Tatapan matanya kosong, menatap hamparan air di depannya. Seluruh penjuru mata angin telah dilewatinya, namun tak ada satupun titik yang membuatnya puas. Kekosongan makin senyap sampai ada suara yang menyapanya.

"Sedang apa kau di sini anak muda?" tanya seseorang. Rupanya ada seorang kakek tua.

"Apa yang sedang kau risaukan?"

Anak muda itu menoleh ke samping, "Aku lelah Pak Tua. Telah berkilo-kilo jarak yang kutempuh untuk mencari kebahagiaan, namun tak juga kutemukan rasa itu dalam diriku. Aku telah berlari melewati gunung dan lembah, tapi tak ada tanda kebahagiaan yang hadir dalam diriku. Kemanakah aku harus mencarinya? Bilakah kutemukan rasa itu?"

Kakek tua duduk semakin dekat, mendengarkan dengan penuh perhatian. Dipandangnya wajah lelah di depannya. Lalu, ia mulai bicara, "Di depan sana, ada sebuah taman. Jika kamu ingin jawaban dari pertanyaanmu, tangkaplah seekor kupu-kupu buatku. Mereka berpandangan.

"Ya... tangkaplah seekor kupu-kupu buatku dengan tanganmu," sang kakek mengulang kalimatnya lagi.

Perlahan pemuda itu bangkit. Langkahnya menuju satu arah, taman. Tak berapa lama dijumpainya taman itu. Taman yang semarak dengan pohon dan bunga-bunga yang bermekaran. Tak heran, banyak kupu-kupu yang beterbangan di sana. Sang kakek melihat dari kejauhan memperhatikan tingkah yang diperbuat pemuda yang sedang gelisah itu.

Anak muda itu mulai bergerak. Dengan mengendap-endap, ditujunya sebuah sasaran. Perlahan namun... Hap! Ia gagal... Ia mulai berlari tak beraturan. Diterjangnya sana-sini, ditabraknya rerumputan dan tanaman untuk mendapatkan kupu-kupu itu. Diterobosnya semak dan dan perdu di sana. Gerakannya semakin liar.

Adegan itu terus berlangsung, namun belum ada satu kupu-kupu yang dapat ditangkap. Sang pemuda mulai kelelahan. Nafasnya memburu, dadanya bergerak naik-turun dengan cepat. Sampai akhirnya ada teriakan.

"Hentikan dulu anak muda. Istirahatlah!" tampak sang kakek yang berjalan perlahan. Ada sekumpulan kupu-kupu yang beterbangan di sisi kanan-kiri kakek itu. Mereka terbang berkeliling, sesekali hinggap di tubuh tua itu.

"Begitukah caramu mengejar kebahagiaan?"

Berlari dan menerjang? Menabrak-nabrak tak tentu arah, menerobos tanpa peduli apa yang kau rusak? sang kakek menatap pemuda itu.

Nak, mencari kebahagiaan itu seperti menangkap kupu-kupu. Semakin kau terjang, semakin ia menghindar. Semakin kau buru, semakin pula ia pergi dari dirimu. Namun, tangkaplah kupu-kupu itu dalam hatimu. Karena kebahagiaan itu bukan benda yang dapat kau genggam, atau sesuatu yang dapat kau simpan. Carilah kebahagiaan itu dalam hatimu. Telusuri rasa itu dalam kalbumu. Ia tak akan lari kemana-mana. Bahkan, tanpa kau sadari kebahagiaan itu sering datang sendiri.

Kakek tua itu mengangkat tangannya... Hap! tiba-tiba tampak seekor kupu-kupu yang hinggap di ujung jari. Terlihat kepak sayap kupu-kupu itu, memancarkan keindahan ciptaan Tuhan. Pesonanya begitu mengagumkan, kelopak sayap yang mengalun perlahan, layaknya kebahagiaan yang hadir dalam hati. Warnanya begitu indah, seindah kebahagiaan bagi mereka yang mampu menyelaminya.

[dari NHI FUKI]

Monday, August 21, 2006

Busuknya Kebencian


Seorang Ibu Guru taman kanak-kanak ( TK ) mengadakan "permainan". Ibu Guru menyuruh anak tiap-tiap muridnya membawa kantong plastik transparan 1 buah dan kentang. Masing-masing kentang tersebut di beri nama berdasarkan nama orang yang dibenci, sehingga jumlah kentangnya tidak ditentukan berapa ... tergantung jumlah orang-orang yang dibenci.
Pada hari yang disepakati masing-masing murid membawa kentang dalam kantong plastik. Ada yang berjumlah 2, ada yang 3 bahkan ada yang 5. Seperti perintah guru mereka tiap-tiap kentang di beri nama sesuai nama orang yang dibenci. Murid-murid harus membawa kantong plastik berisi kentang tersebut kemana saja mereka pergi, bahkan ke toilet sekalipun, selama 1 minggu.
Hari berganti hari, kentang-kentang pun mulai membusuk, murid-murid mulai mengeluh, apalagi yang membawa 5 buah kentang, selain berat baunyajuga tidak sedap. Setelah 1 minggu murid-murid TK tersebut merasa lega karena penderitaan mereka akan segera berakhir. Ibu Guru : " Bagaimana rasanya membawa kentang selama 1 minggu ?"Keluarlah keluhan dari murid-murid TK tersebut, pada umumnya mereka tidak merasa nyaman harus membawa kentang-kentang busuk tersebut ke manapun mereka pergi. Guru pun menjelaskan apa arti dari " permainan " yang mereka lakukan.Ibu Guru : " Seperti itulah kebencian yang selalu kita bawa-bawa apabila kita tidak bisa memaafkan orang lain. Sungguh sangat tidak menyenangkan membawa kentang busuk kemana pun kita pergi. Itu hanya 1 minggu.
Bagaimana jika kita membawakebencian itu seumur hidup ?Alangkah tidak nyamannya ..."

Belajar Dari Wajah


Oleh: K.H. Abdullah Gymnastiar
Menarik sekali jikalau kita terus menerus belajar tentang fenomena apapun yang terjadi dalam hiruk-pikuk kehidupan ini. Tidak ada salahnya kalau kita buat semacam target. Misalnya : hari ini kita belajar tentang wajah. Wajah? Ya, wajah. Karena masalah wajah bukan hanya masalah bentuknya, tapi yang utama adalah pancaran yang tersemburat dari si pemilik wajah tersebut.
Ketika pagi menyingsing, misalnya, tekadkan dalam diri : "Saya ingin tahu wajah yang paling menenteramkan hati itu seperti apa? Wajah yang paling menggelisahkan itu seperti bagaimana?" karena pastilah hari ini kita akan banyak bertemu dengan wajah orang per orang. Ya, karena setiap orang pastilah punya wajah. Wajah irtri, suami, anak, tetangga, teman sekantor, orang di perjalanan, dan lain sebagainya. Nah, ketika kita berjumpa dengan siapapun hari ini, marilah kita belajar ilmu tentang wajah. Subhanallaah, pastilah kita akan bertemu dengan beraneka macam bentuk wajah. Dan, tiap wajah ternyata dampaknya berbeda-beda kepada kita. Ada yang menenteramkan, ada yang menyejukkan, ada yang menggelikan, ada yang menggelisahkan, dan ada pula yang menakutkan. Lho, kok menakutkan? Kenapa? Apa yang menakutkan karena bentuk hidungnya? Tentu saja tidak! Sebab ada yang hidungnya mungil tapi menenteramkan. Ada yang sorot matanya tajam menghunjam, tapi menyejukkan. Ada yang kulitnya hitam, tapi penuh wibawa. Pernah suatu ketika berjumpa dengan seorang ulama dari Afrika di Masjidil Haram, subhanallaah, walaupun kulitnya tidak putih, tidak kuning, tetapi ketika memandang wajahnya... sejuk sekali! Senyumnya begitu tulus meresap ke relung qolbu yang paling dalam. Sungguh bagai disiram air sejuk menyegarkan di pagi hari.
Ada pula seorang ulama yang tubuhnya mungil, dan diberi karunia kelumpuhan sejak kecil. Namanya Syekh Ahmad Yassin, pemimpin spiritual gerakan Intifadah, Palestina. Ia tidak punya daya, duduknya saja di atas kursi roda. Hanya kepalanya saja yang bergerak. Tapi, saat menatap wajahnya, terpancar kesejukan yang luar biasa. Padahal, beliau jauh dari ketampanan wajah sebagaimana yang dianggap rupawan dalam versi manusia. Tapi, ternyata dibalik kelumpuhannya itu beliau memendam ketenteraman batin yang begitu dahsyat, tergambar saat kita memandang sejuknya pancaran rona wajahnya.
Nah, saudaraku, kalau hari ini kita berhasil menemukan struktur wajah seseorang yang menenteramkan, maka caru tahulah kenapa dia sampai memiliki wajah yang menenteramkan seperti itu. Tentulah, benar-benar kita akan menaruh hormat. Betapa senyumannya yang tulus; pancaran wajahnya, nampak ingin sekali ia membahagiakan siapapun yang menatapnya. Dan sebaliknya, bagaimana kalau kita menatap wajah lain dengan sifat yang berlawanan; (maaf, bukan bermaksud meremehkan) ada pula yang wajahnya bengis, struktur katanya ketus, sorot matanya kejam, senyumannya sinis, dan sikapnya pun tidak ramah. Begitulah, wajah-wajah dari saudara-saudara kita yang lain, yang belum mendapat ilmu; bengis dan ketus. Dan ini pun perlu kita pelajari. Ambillah kelebihan dari wajah yang menenteramkan, yang menyejukkan tadi menjadi bagian dari wajah kita, dan buang jauh-jauh raut wajah yang tidak ramah, tidak menenteramkan, dan yang tidak menyejukkan.
Tidak ada salahnya jika kita evalusi diri di depan cermin. Tanyalah; raut seperti apakah yang ada di wajah kita ini? Memang ada diantara hamba-hamba Allah yang bibirnya di desain agak berat ke bawah. Kadang-kadang menyangkanya dia kurang senyum, sinis, atau kurang ramah. Subhanallaah, bentuk seperti ini pun karunia Allah yang patut disyukuri dan bisa jadi ladang amal bagi siapapun yang memilikinya untuk berusaha senyum ramah lebih maksimal lagi. Sedangkan bagi wajah yang untuk seulas senyum itu sudah ada, maka tinggal meningkatkan lagi kualitas senyum tersebut, yaitu untuk lebih ikhlas lagi. Karena senyum di wajah, bukan hanya persoalan menyangkut ujung bibir saja, tapi yang utama adalah, ingin tidak kita membahagiakan orang lain? Ingin tidak kita membuat di sekitar kita tercahayai?
Nabi Muhammad SAW, memberikan perhatian yang luar biasa kepada setiap orang yang bertemu dengan beliau sehingga orang itu merasa puas. Kenapa puas? Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW – bila ada orang yang menyapanya – menganggap orang tersebut adalah orang yang paling utama di hadapan beliau. Sesuai kadar kemampuannya. Walhasil, ketika Nabi SAW berbincang dengan siapapun, maka orang yang diajak berbincang ini senantiasa menjadi curahan perhatian. Tak heran bila cara memandang, cara bersikap, ternyata menjadi atribut kemuliaan yang beliau contohkan. Dan itu ternyata berpengaruh besar terhadap sikap dan perasaan orang yang diajak bicara. Adapun kemuramdurjaan, ketidakenakkan, kegelisahan itu muncul ternyata diantara akibta kita belum menganggap orang yang ada dihadapan kita orang yang paling utama. Makanya, terkadang kita melihat seseorang itu hanya separuh mata, berbicara hanya separuh perhatian. Misalnya, ketika ada seseorang yang datang menghampiri, kita sapa orang itu sambil baca koran. Padahal, kalau kita sudah tidak mengutamakan orang lain, maka curahan kata-kata, cara memandang, cara bersikap, itu tidak akan punya daya sentuh. Tidak punya daya pancar yang kuat.
Oleh karena itu, marilah kita berlatih diri meneliti wajah, tentu saja bukan maksud untuk meremehkan. Tapi, mengambil tauladan wajah yang baik, menghindari yang tidak baiknya, dan cari kuncinya kenapa sampai seperti itu? Lalu praktekkan dalam perilaku kita sehari-hari. Selain itu belajarlah untuk mengutamakan orang lain! Mudah-mudahan kita dapat mengutamakan orang lain di hadapan kita, walaupun hanya beberapa menit, walaupun hanya beberapa detik, subhanallaah.

Monday, August 07, 2006

Maafkan Dan Lupakan !!!



Ini sebuah kisah tentang dua orang sahabat karib yang sedang berjalan melintasi gurun pasir. Ditengah perjalanan, mereka bertengkar, dan salah seorang menampar temannya. Orang yang kena tampar, merasa sakit hati, tapi dengan tanpa berkata-kata, dia menulis di atas pasir : HARI INI, SAHABAT TERBAIK KU MENAMPAR PIPIKU.Mereka terus berjalan, sampai menemukan sebuah oasis, dimana mereka memutuskan untuk mandi. Orang yang pipinya kena tampar dan terluka hatinya, mencoba berenang namun nyaris tenggelam, dan berhasil diselamatkan oleh sahabatnya. Ketika dia mulai siuman dan rasa takutnya sudah hilang, dia menulis di sebuat batu HARI INI, SAHABAT TERBAIK KU MENYELAMATKAN NYAWAKU.Orang yang menolong dan menampar sahabatnya, bertanya, "Kenapa setelah saya melukai hatimu, kau menulisnya di atas pasir, dan sekarang kamu menulis di batu ?"Temannya sambil tersenyum menjawab, "Ketika seorang sahabat melukai kita, kita harus menulisnya diatas pasir agar angin maaf datang berhembus dan menghapus tulisan tersebut. Dan bila sesuatu yang luar biasa terjadi, kita harus memahatnya diatas batu hati kita, agar tidak bisa hilang tertiup angin."Dalam hidup ini sering timbul beda pendapat dan konflik karena sudut pandang yang berbeda. Oleh karenanya cobalah untuk saling memaafkan dan lupakan masalah lalu. Belajarlah menulis diatas pasir.

Mengelola Ketidak Sempurnaan

Apa lagi yang tersisa dari ketampanan setelah ia dibagi habis oleh Nabi Yusuf dan Muhammad. Apalagi yang tersisa dari kecantikan setelah ia terbagi habis oleh Sarah, istri Nabi Ibrahim, dan Khadijah, istri Nabi Muhammad saw? Apalagi yang tersisa dari pesona kebajikan hati setelah ia direbut Utsman bin Affan? Apalagi yang tersisa dari kehalusan budi setelah ia direbut habis oleh Aisyah?
Kita hanya berbagi pada sedikit yang tersisa dari pesona jiwa ragayang telah direguk habis oleh para nabi dan orang shalih terdahulu.Karena itu persoalan cinta kita selalu permanen begitu: jarang sekalipesona jiwa raga menyatu secara utuh dan sempurna dalam diri kita.Pilihan-pilihan kita, dengan begitu, selalu sulit. Ada lelaki gantengatau perempuan cantikyang kurang berbudi. Sebaliknya, ada lelaki salehyang tidak menawan atau perempuan salehah yang tidak cantik. Pesonakita selalu tunggal. Padahal cinta membutuhkan dua kaki untuk bisaberdiri dan berjalan dalam waktu yang lama. Maka tentang pesona fisikitu Imam Ghazali mengatakan: "Pilihlah istri yang cantik agar kamutidak bosan." Tapi tentang pesona jiwa itu Rasulullah saw bersabda:"Tapi pilihlah calon istri yang taat beragama niscaya kamu pastiberuntung." Persoalan kita adaiah ketidaksempurnaan. Seperti ketika duniamenyaksikan tragedi cinta Puteri Diana dan Pangeran Charles. Duasetengah milyar manusia menyaksikan pemakamannya di televisi. Semuasedih. Semua menangis. Puteri yang pernah menjadi trendsetterkecantikan dunia dekade 80-an itu rasanya terlalu cantik untukdisia-siakan oleh sang pangeran. Apalagi Camila Parker yang menjadikekasih gelap sang pangeran saat itu, secara fisik sangat tidaksebanding dengan Diana. Tapi tidak ada yang secara objektif maubertanya ketika itu. Kenapa akhirnya Charles lebih memilih Camila,perempuan sederhana, tidak bisa dibilang cantik, dan lebih tua,ketimbang Diana, gadis cantik berwajah boneka itu? Jawaban Charlesmungkin memang terlalu sederhana. Tapi itu fakta, "Karena saya lebihbisa bicara dengan Camila." Kekuatan budi memang bertahan lebih lama. Tapi pesona fisik justruterkembang di tahun-tahun awal pernikahan. Karena itu ia menentukan.Begitu masa uji cinta selesai, biasanya lima sampai sepuluh tahun,kekuatan budi akhirnya yang menentukan sukses tidaknya sebuah hubunganjangka panjang. Dampak gelombang magnetik fisik berkurang atau hilangbersama waktu. Bukan karena kencantikan atau ketampanan berkurang.Yang berkurang adaiah pengar-uhnya. Itu akibat sentuhan terusmenerusyang mengurangi kesadaran emosi tentang gelombang magnetiktersebut.Apa yang harus kita lakukan adalah mengelola ketidaksempurnaan melaluiproses pembelajaran. Belajar adaiah proses berubah secara konstanuntuk menjadi lebih baik dan sempurna dari waktu ke waktu. Fisikmungkin tidak bisa dirubah. Tapi pesona fisik bukan hanya tampang. Ialebih ditentukan oleh aura yang dibentuk dari gabungan antarakepribadian bawaan, pengetahuan dan pengalaman hidup. Ketiga hal itubiasanya termanifestasi pada garis-garis wajah, senyuman dan tatapanmata serta gerakan refleks tubuh kita. Itu yang menjelaskan mengapasering ada lelaki yang tidak terlalu tampan tapi mempesona banyakwanita. Begitu juga sebaliknya.Itu jalan tengah yang bisa ditempuh semua orang sebagai pencintapembelajar. Karena pengetahuan dan pengalaman adalah perolehan hidupyang membuat kita tampak matang. Dan kematangan itulah pesonanya.Sebab, setiap kali pengetahuan kita bertambah, kata Malik bin Nabi,wajah kita akan tampak lebih baik dan bercahaya. Disadur dari : Tarbawi Edisi 124 Th. 7/Dzulhijjah 1426 H/19 Januari 2006 M